Perbedaan Hepatitis Akut dan Kronis, Gejala, serta Risikonya

Hepatitis merupakan salah satu penyakit peradangan hati paling umum menurut pusat kesehatan global, di mana dikategorikan menjadi 2, hepatitis akut dan kronis. Kedua jenis ini bersifat sangat kompleks, namun memiliki gejala, penyebab, serta penanganan yang berbeda.

Menurut World Health Organization (WHO), hepatitis akut adalah kondisi peradangan yang berlangsung kurang dari enam bulan. Sedangkan kronis biasanya lebih dari 6 bulan. Sehingga perbedaan utama kedua jenis ini terletak pada durasinya.

Dalam beberapa kasus, penyakit ini disebabkan oleh cedera organ hati, infeksi bakteri, sampai kerusakan organ lainnya. Maka dari itu, sangat penting bagi masyarakat untuk memahami perbedaan keduanya agar mampu memberikan pencegahan yang tepat.

Gejala dari Hepatitis Akut dan Kronis

Mengenal perbedaan antara hepatitis akut dan kronis, termasuk tanda-tanda, gejala, dan risiko jangka panjang, terpenting jangan lakukan diagnosis mandiri.

Banyak dari penderita penyakit ini mengalami gejala yang ringan atau bahkan tanpa ada gejala, sehingga sering kali tidak disadari. Umumnya, gejala yang muncul berlangsung selama 2 minggu hingga 6 bulan setelah terjadinya infeksi.

Saat masih fase akut, penderitanya tidak akan menyadari akan gejalanya karena hampir mirip dengan flu biasa. Meskipun begitu, jika berlangsung lebih dari 6 bulan, dikatakan fase kronis. Namun, berikut disajikan sejumlah gejala umum dari kondisi ini, antara lain:

  • Penderitanya sering kali merasa lemah tanpa disertai alasan jelas.
  • Ini bisa sering terjadi apabila virus mulai menginfeksi gangguan pencernaan.
  • Berkurangnya Nafsu Makan. Nafsu makan mengalami penurunan dibandingkan biasanya.
  • Nyeri Hati. Seseorang dengan hepatitis akut dan kronis sering merasa nyeri atau sakit pada area hatinya.
  • Gejala Menyerupai Flu. Seperti demam, sakit tenggorokan, hingga lainnya.
  • Berat Badan Menurun Drastis. Ini dikarenakan hati sulit untuk mensintesis nutrisi dengan baik.
  • Feses Berwarna Pucat. Pigmen empedu yang ada dalam tubuh tidak dapat disintesis oleh hati, sehingga berubah menjadi putih atau abu-abu.
  • Warna Urine Gelap. Terjadi karena hati tidak bisa membersihkan bilirubin secara efektif.
  • Penyakit kuning ini muncul akibat bilirubin tinggi dalam darah.
  • Edema atau Pembengkakan. Terjadi akibat penimbunan cairan di tungkai atau wajah.
  • Adanya peradangan otak atau ensefalopati hepatic.
  • Hipertensi Portal. Rentan terjadi apabila sudah dalam fase hepatitis kronis karena adanya tekanan darah di saluran hati.

Penyebab Munculnya Hepatitis Akun dan Kronis

Kedua jenis ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor berbeda, meskipun secara umum dikaitkan dengan infeksi oleh virus, pola hidup, hingga kondisi medis lainnya.

1. Penyebab Hepatitis Akut

Kondisi ini memiliki penyebab bersifat kompleks, terutama virus hepatitis A, B, C, D, dan E. Selain itu, juga dipicu faktor lain, meliputi:

  • Infeksi Virus. Jenis A dan E umumnya akan sembuh dalam kurun waktu kurang dari 6 bulan, sedangkan B, C, D cenderung berkembang menjadi bersifat kronis.
  • Konsumsi alkohol berlebihan dapat menyebabkan hati meradang sehingga berkembang menjadi sirosis.
  • Obat-obatan. Beberapa jenis obat-obatan dilarang dikonsumsi berlebih, seperti obat pereda nyeri karena bisa berakibat pada kerusakan hati.
  • Penumpukan Lemak. Dalam kasus hepatitis akut dan kronis, penumpukan lemak ini akan berakibat pada kenaikan berat badan secara signifikan, namun juga bisa membaik seiring menurunnya berat badan.
  • Rendahnya sistem kekebalan tubuh bisa dengan mudah diserang oleh virus yang akan merusak sel atau jaringan tubuh.

2. Penyebab Hepatitis Kronis

Berbeda dengan yang akut, hepatitis kronis umumnya terjadi karena adanya infeksi virus B, C, dan D dalam jangka waktu lama, sehingga kerusakan pada hati terjadi secara bertahap. Namun, faktor lain juga berkontribusi dalam ranah ini, yakni:

  • Sistem Kekebalan Tubuh Lemah. Seseorang dengan autoimun akan mudah terserang penyakit ini, seperti penderita HIV/AIDS.
  • Kontak Darah. Ini bisa disebabkan oleh adanya transfusi darah yang terkontaminasi dengan virus B, C, atau D.
  • Hubungan Seksual. Virus kronis ini juga bisa menular melalui hubungan seksual, terlebih ketika tidak menggunakan kondom.

Risiko Jangka Panjang dari Hepatitis Akut dan Kronis

Baik hepatitis akut ataupun kronis memiliki durasi berbeda, namun sama-sama membawa risiko jangka panjang. Beberapa risiko tersebut antara lain:

  1. Kerusakan pada Hati

    Kondisi ini bisa terjadi apabila peradangan berlangsung secara berulang. Sebagai sebuah kerusakan, fungsi hati dalam tubuh seseorang akan mengalami gangguan secara signifikan, sehingga berisiko menimbulkan penyakit komplikasi.

  2. Hepatitis Fulminan

    Kondisi ini sering kali terjadi secara tiba-tiba juga berakibat fatal apabila tidak segera dilakukan penanganan. Faktor-faktor seperti lanjut usia, autoimun, obat-obatan tertentu, serta penyebaran virus bisa menjadi penyebab jangka panjang dari kerusakan DNA sel hati.

  3. Kanker Hati

    Komplikasi serius dari hepatitis akut dan kronis adalah kanker hati. Meskipun bisa ditangani dengan baik, namun kemungkinan meningkatnya menjadi kanker bisa berkepanjangan. Terlebih ketika tidak diberikannya penanganan dengan tepat.

  4. Glomerulonephritis

    Adanya respon imun yang kuat terhadap infeksi ini bisa berakibat pada gangguan ginjal seperti glomerulonephritis, di mana akan sangat berpengaruh pada kondisi kesehatan secara menyeluruh.

  5. Ensefalopati Hepatic

    Semakin parah peradangan yang dialami, maka bisa berakibat pada peradangan otak atau ensefalopati hepatic. Hal ini tentu akan memengaruhi kinerja otak.

  6. Hipertensi Portal

    Terjadi akibat sumbatan sistem sirkulasi portal hati, di mana akan memburuk apabila tidak segera ditangani.

Langkah Preventif Penanganan Hepatitis Akut dan Kronis

Penanganan penyakit ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya adalah sebagai berikut ini:

  • Melakukan vaksinasi.
  • Menjaga kebersihan tubuh.
  • Menjaga pola makan dan pola hidup.
  • Melakukan hubungan seksual dengan cara aman.
  • Pengobatan secara rutin.
  • Menghindari penggunaan barang pribadi.
  • Rutin cek kesehatan.

Melalui penerapan gaya hidup sehat serta anjuran medis, maka dapat meminimalisir risiko terjangkit hepatitis. Ini dikarenakan pencegahan penyakit hepatitis akut dan kronis merupakan kunci utama untuk kesembuhan penderitanya.